Halo, sobat jalan-jalan!
Kalau kamu sedang mencari kota yang bisa dijelajahi hanya dalam sehari tapi tetap penuh warna, Cirebon bisa jadi pilihan yang tepat. Kota yang sering disebut sebagai “Kota Udang” ini ternyata menyimpan begitu banyak cerita, mulai dari sejarah kerajaan, kuliner legendaris, sampai pemandangan alam yang tenang. Dan enaknya, semuanya bisa dirangkum dalam satu hari perjalanan ala backpacker—praktis, hemat, tapi tetap kaya pengalaman.
Di artikel ini, saya akan mengajak kamu menyusuri Cirebon dari pagi buta sampai malam tiba. Kita akan mampir ke tempat-tempat ikonik, mencicipi kuliner khas, sekaligus merasakan atmosfer kota yang kental dengan budaya Jawa, Sunda, dan Tionghoa. Jadi, mari kita mulai perjalanan ini dari awal.
Pagi: Sarapan, Sejarah, dan Sentuhan Budaya
1. Sarapan Nasi Jamblang Mang Dul (07.00 – 08.00)
Perjalanan ala backpacker nggak akan lengkap tanpa sarapan khas daerah. Di Cirebon, ada satu menu yang wajib banget dicoba: Nasi Jamblang. Kalau kamu turun kereta di Stasiun Cirebon, jaraknya hanya sekitar 10 menit ke warung legendaris bernama Nasi Jamblang Mang Dul.
Di sini, nasi disajikan dengan daun jati—unik kan? Rasanya sederhana, tapi entah kenapa bikin nagih. Lauknya ada banyak pilihan: sambal goreng, paru, cumi hitam, sampai perkedel kentang. Nah, sebagai backpacker, porsi bisa disesuaikan dengan budget. Makan sepiring penuh pun masih ramah di kantong, sekitar Rp20.000–30.000 saja.
Oh iya, jangan lupa minum teh tawar hangat. Selain murah, teh hangat di pagi hari bisa jadi pengantar yang manis sebelum kita melangkah ke destinasi sejarah.
2. Keraton Kasepuhan (08.15 – 09.30)
Setelah perut terisi, saatnya jalan sedikit ke arah Keraton Kasepuhan. Inilah jantung sejarah Cirebon. Begitu masuk, kamu langsung disambut nuansa klasik yang kental. Ada bangunan putih dengan gerbang megah, dan di dalamnya tersimpan Kereta Singa Barong, pusaka yang usianya ratusan tahun.
Kalau kamu tipe yang suka foto, banyak spot yang instagramable tapi tetap terasa berwibawa. Selain itu, pemandu lokal biasanya menawarkan jasa untuk menjelaskan sejarah keraton, termasuk bagaimana budaya Jawa, Sunda, Arab, dan Tionghoa bercampur di sini. Dengan Rp15.000–20.000 saja, kamu sudah bisa belajar sekaligus menikmati arsitektur kuno.
3. Keraton Kanoman (09.45 – 10.30)
Nggak jauh dari Kasepuhan, ada Keraton Kanoman. Ukurannya memang lebih kecil, tapi auranya berbeda. Ada nuansa lebih intim, dengan halaman luas dan ornamen keramik Tiongkok yang menghiasi. Keraton ini juga menjadi simbol kuat tentang bagaimana budaya lokal berinteraksi dengan pengaruh luar.
Sebagai backpacker, mengunjungi dua keraton sekaligus memberi gambaran lengkap tentang Cirebon tempo dulu. Rasanya seperti membaca dua bab berbeda dari satu buku sejarah yang sama.
Menjelang Siang: Goa Sunyaragi dan Kuliner Wajib
4. Goa Sunyaragi (10.45 – 11.45)
Nah, setelah menyelam ke dunia keraton, mari kita menuju tempat yang agak berbeda: Goa Sunyaragi. Tempat ini dulunya adalah taman air sekaligus tempat meditasi para sultan Cirebon. Dari luar, bentuknya mirip karang yang ditata acak, tapi ketika masuk, kamu akan menemukan lorong-lorong misterius.
Jujur saja, jalan-jalan di Goa Sunyaragi cukup bikin keringetan, apalagi kalau cuaca panas. Tapi, di situlah serunya. Ada sensasi seperti menjelajah gua buatan yang penuh cerita mistis. Kalau mau, kamu bisa berhenti sejenak, duduk di salah satu batu besar, dan membayangkan bagaimana kehidupan bangsawan di masa lalu.
5. Makan Siang Empal Gentong H. Apud (12.00 – 13.00)
Setelah energi terkuras, waktunya isi bahan bakar lagi. Dan di Cirebon, kuliner wajib untuk makan siang adalah Empal Gentong. Nah, nama yang paling sering direkomendasikan adalah Empal Gentong H. Apud.
Kuahnya kental, gurih, dengan daging sapi yang empuk banget. Kalau kamu suka pedas, tambahkan sambal merah khas Cirebon—dijamin bikin keringat bercucuran. Harga satu porsi sekitar Rp25.000–35.000. Sebagai backpacker, ini memang agak lebih mahal daripada nasi jamblang, tapi rasanya benar-benar sepadan.
Sore: Belanja Batik, Alam, dan Senja
6. Sentra Batik Trusmi (13.30 – 15.00)
Siapa bilang backpacker nggak bisa belanja? Di Cirebon, kamu bisa mampir ke Sentra Batik Trusmi. Batik khas Cirebon terkenal dengan motif megamendung yang ikonik. Bahkan kalau kamu nggak berniat belanja, melihat proses membatik di sini bisa jadi pengalaman yang berharga.
Untuk kamu yang punya budget terbatas, ada juga pilihan batik kaos atau souvenir kecil yang harganya ramah di dompet. Selain itu, ada kafe-kafe kecil di sekitar area yang bisa jadi tempat rehat sejenak.
7. Setu Patok atau Bukit Gronggong (15.15 – 16.30)
Kalau kamu ingin suasana alam, dua pilihan ini bisa dipertimbangkan. Setu Patok menawarkan danau luas dengan pemandangan bukit di kejauhan. Cocok buat yang suka suasana tenang. Sementara Bukit Gronggong lebih cocok untuk menikmati panorama kota dari ketinggian.
Backpacker biasanya suka yang gratis atau murah, dan kedua tempat ini relatif hemat. Cukup bayar parkir, lalu nikmati pemandangan sambil mengatur napas sebelum menuju destinasi berikutnya.
Senja: Pantai dan Sunset
8. Pantai Kejawanan (16.45 – 18.00)
Apa jadinya perjalanan sehari tanpa melihat sunset? Di Cirebon, kamu bisa menuju Pantai Kejawanan. Lokasinya dekat dengan pusat kota, dan meski pantainya sederhana, suasana nelayan dan perahu-perahu yang berjejer memberi sentuhan khas.
Momen paling ditunggu tentu saat matahari perlahan tenggelam di ufuk barat. Warna langit berubah dari biru ke jingga, lalu ke ungu. Duduk di pasir, angin laut menyapa wajah, sambil sesekali mendengar teriakan anak-anak bermain air—rasanya sangat hidup.
Malam: Kuliner Jalanan dan Suasana Kota
9. Makan Malam Nasi Jamblang atau Seafood (18.30 – 20.00)
Kalau tadi pagi sudah makan Nasi Jamblang, malam hari kamu bisa mencoba versi lainnya. Banyak warung jamblang buka sampai larut malam, atau kalau ingin yang berbeda, ada seafood pinggir jalan yang murah meriah tapi rasanya nendang.
Bayangkan duduk di kursi plastik sederhana, memesan cumi bakar atau kepiting saus padang, lalu menikmatinya dengan nasi hangat. Suasana seperti ini justru yang bikin perjalanan backpacker terasa autentik.
10. Jalan-jalan di Alun-Alun Kejaksan (20.00 – 21.00)
Sebagai penutup, mari mampir ke Alun-Alun Kejaksan. Di sini ada Masjid Raya At-Taqwa yang megah dengan lampu-lampu indah di malam hari. Anak-anak muda nongkrong, pedagang kaki lima menjajakan makanan ringan, dan musik jalanan kadang menemani.
Berjalan santai di sekitar alun-alun memberi kesempatan untuk merenung sejenak. Betapa satu hari di Cirebon ternyata bisa penuh dengan pengalaman berlapis—dari sejarah, budaya, kuliner, sampai alam.
Tips Hemat Ala Liburan Kantor
- Gunakan kereta api untuk ke/dari Cirebon. Harga tiketnya terjangkau, dan waktu tempuh dari Jakarta hanya sekitar 3 jam.
- Sewa mobil harian (Rp300.000–500.000) untuk keliling lebih bebas. Kalau nggak, ojol juga cukup banyak.
- Pilih penginapan budget dekat stasiun atau alun-alun. Banyak guesthouse dengan harga Rp150.000–200.000 semalam.
- Bawa botol minum isi ulang. Selain hemat, juga mengurangi sampah plastik.
- Selalu sediakan uang tunai, karena beberapa tempat masih belum menerima pembayaran non-tunai.
Penutup: Sehari yang Penuh Rasa
Nah, begitulah gambaran itinerary wisata Cirebon 1 hari berempat. Meski hanya sebentar, kota ini punya cara sendiri untuk membuat setiap langkah terasa berharga. Dari sarapan sederhana dengan nasi jamblang, menyusuri lorong keraton, hingga menutup hari dengan sunset di pantai—semua berpadu jadi cerita yang sulit dilupakan.
Kalau boleh jujur, sehari saja memang belum cukup untuk merangkum semua keindahan Cirebon. Masih ada Gua Maria, Telaga Remis, dan spot-spot kuliner lain yang belum tersentuh. Tapi justru di situlah seninya: selalu ada alasan untuk kembali.
Jadi, bagaimana? Siapkah kamu mengemas backpack, membeli tiket kereta, dan membiarkan Cirebon menyambutmu dengan hangat? Saya yakin, sekali datang ke sini, kamu akan ingin datang lagi.